Selasa, 18 Desember 2012

Puisi "Dan Bugis-Makassar"

Ali Syahban Amir Siul-siul seruling hari-hari hangat. Tanah Bugis-Makassar Berkawan malaikat pencatat dosa yang bukunya hampir penuh. E, adat turunan leluhur seakan sudah dicetak dalam dongeng pengantar tidur saja. Budaya condong kearah matahari terbenam dengan telanjang merobek kitab suci Kemudian berdebu ditaruh gudang setara buku lama santapan rayap. Siul-siul seruling hari-hari hangat. Anak melupa, Moyang terlupa, Hati melupa, Adat terlupa, Dimana jagonya ayam jantan dari timur, Apa kau taroh di kandang punya pejudi? Akankah “Sa’ri Battang” sebatas sapaan rezim? Siul-siul seruling hari-hari hangat. Miskin benar pencari uang. Mandor berdiri buruh patah tulang terbanting untuk uangmu. Bugis Makassar dengan lantunan Siri’ na Pacce. Siul-siul seruling hari-hari hangat. Gula-gula palsu sang pengeruk Ditatap lirih bocah dekil himpitan gedung, Senyumnya adalah torehan sejarah baru masa ini, Kan menjadi lafadz Sinrili’dimasa mendatang. Siul-siul seruling hari-hari hangat. Semua akan baik-baik saja. Selama Rewanya masih digaris Siri’ na Pacce, Selama tabuhan gendang berirama dalam darah sekian melodi Pui’-Pui’ termaktub dalam jiwa. Dan tanah Bugis-Makassar Kau kan nikmati Hangatnya hari yang senada dengan harmoni siul seruling Jiwa yang mengerti. Makassar, 20 Agustus 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar