Selasa, 18 Desember 2012
PUISI "LAH"
Puisi "Mengundurkan Diri"
Ali Syahban Amir
Saya mengundurkan diri dari produksi cerita panjang hidup ini.
Tuhan gantikan saya dengan pemeran yang baru.
Mungkin masih ada yang lebih sanggup menjadi aktor utama.
Ku tak bisa maksimal. Saya sudah capek tak bisa menjiwai peranku.
Terlalu pedih. Masa peran yang kudapat dalam hidupku susah terus!?
Apalagi jadwal take-nya terlalu padat, lokasinya juga tandus.
Haus,
Barang sampai, makanku dalam sehari Cuma sekali.
Bahkan, tidak makan sekalipun.
Tuhan cancel saja saya.
Saya tidak tahan debu lighting tua yang terlalu panas.
Lebih baik, batalkan saja kontrak hidup ini,
Cari saja pemeran pengganti.
Biar rasa yang sering kurasa dapat dirasa oleh perasaannya.
Tuhan,
Jangan bilang bahwa saya adalah pemeran terbaik untuk lakon yang satu ini…
Gowa, 18 Desember 2010
Rev.Bulukumba, 8 jan 2011
Puisi "Dan Bugis-Makassar"
Ali Syahban Amir
Siul-siul seruling hari-hari hangat.
Tanah Bugis-Makassar Berkawan malaikat pencatat dosa yang bukunya hampir penuh.
E, adat turunan leluhur seakan sudah dicetak dalam dongeng pengantar tidur saja.
Budaya condong kearah matahari terbenam dengan telanjang merobek kitab suci
Kemudian berdebu ditaruh gudang setara buku lama santapan rayap.
Siul-siul seruling hari-hari hangat.
Anak melupa,
Moyang terlupa,
Hati melupa,
Adat terlupa,
Dimana jagonya ayam jantan dari timur,
Apa kau taroh di kandang punya pejudi?
Akankah “Sa’ri Battang” sebatas sapaan rezim?
Siul-siul seruling hari-hari hangat.
Miskin benar pencari uang.
Mandor berdiri buruh patah tulang terbanting untuk uangmu.
Bugis Makassar dengan lantunan Siri’ na Pacce.
Siul-siul seruling hari-hari hangat.
Gula-gula palsu sang pengeruk
Ditatap lirih bocah dekil himpitan gedung,
Senyumnya adalah torehan sejarah baru masa ini,
Kan menjadi lafadz Sinrili’dimasa mendatang.
Siul-siul seruling hari-hari hangat.
Semua akan baik-baik saja.
Selama Rewanya masih digaris Siri’ na Pacce,
Selama tabuhan gendang berirama dalam darah sekian melodi Pui’-Pui’ termaktub dalam jiwa.
Dan tanah Bugis-Makassar
Kau kan nikmati Hangatnya hari yang senada dengan harmoni siul seruling Jiwa yang mengerti.
Makassar, 20 Agustus 2011
Langganan:
Postingan (Atom)