Senin, 17 Mei 2010

Dinda Sepertinya

DINDA SEPERTINYA

KARYA : ALI SYAHBAN AMIR

Mengapa senja dinda panggil pagi?

Harus berapa kali lagi memanjatkan taubat?

Ingat dinda…!

Jangankan seribu mata Jibril,

tiga mata si Jago pun tak akan melirikmu…

 

Sayang duri cemooh belum berserakan di telapak dinda,

Jika itu terjadi, habis jasadmu…

Mungkin saja, dagingmu terurai tanpa bakteri,

Kan beterbangan seperti debu yang mengemis di jalan itu…

 

Apa jadi cakap ayahanda?

Keringatnya, menjadi soda di gelas bersulang dinda

Cangkulnya, mengalirkan uang ke kantong dinda…

Keriput tulangnya, mengubah kapok menjadi busa di kasur dinda…

 

Tidurlah…! Tidurlah…! Tidurlah…!

 

Sampai surya kau anggap purnama dan purnama kau anggap surya…

Terbayang sinar terbayang , nyata di mimpi basah…

Dinda bingung akan makna ini, bagai tikus padi kekenyangan…

 

Tak bahagiakah dinda dengan sayur mama yang tanpa daun?

Dulu di rahim tak bertulangnya, dengan hati tak ragu, kau menggantung pusar…

Dan semua bersaksi, ia bukan mama di depan pelabuhan…

Ya, naluri milikmu tahu. Tapi…

Jarimu hanya asyik membilang foya-foya rupiah…

Mulutmu kini seperti enggan mentasbihkan namanya…

Bahkan, bibirmu selalu bercumbu dengan gemulai api neraka…

Hingga di air liurmu ada cincin dusta yang selalu kau tindikkan di telinganya…

 

Huh…!!!

Jadi jangan pernah bertanya mengapa, pada pesilat di mulutku.

 Sebab, pesilat di mulutku adalah lidahku,

 ia hanya akan menari saat ditanya berapa…

 

Dinda berjalan di debu trotoar, ayahanda berjalan di lumpur pematang sawah…

Dinda di lantai 15, ayahanda di ranting pohon kelapa…

Dinda menyapu keringat setubuh, ayahanda menyapu ilalang liar…

 

Kau tega mengobral kasih sayangnya, hingga mereka hanya mampu memakan hati…

Saat kau terbaring lemah, mereka menyusuri lembah sengsara untuk mengobatimu…

Luka mendapat duka, pasti mereka akan kuat…

Sedang kau, suka mendapat murka, pasti kau akan lemah…

 

Pasrah….!

Dinda…

Sepertinya…

Aku…

 

 

Tanah Kelahiran, 10 Mei 2010

2 komentar:

  1. yah, rindu pada orang tua... mereka bekerja keras untuk menafkahiku sebagai mahasiswa rantau..

    BalasHapus